Friday, November 27, 2020

[TRAVELRY] Trip to Japan Part 7


Penerbangan kami selama satu jam dua puluh lima menit akhirnya mengantarkan kami ke prefektur selanjutnya yaitu Aichi Prefecture dengan kota yang kami datangi adalah Nagoya. Selamat datang di Chubu Centrair International Airport, akhirnya kami menginjakan kaki di bagian tengah dari Jepang, sesampainya di terminal 1, kami langsung menuju tempat mengambil tas dan bersiap kembali perjalanan kami menggunakan kereta untuk melanjutkan perjalanan kami ke Nagoya Station, karena posisi bandaranya memang cukup jauh dari Nagoya Station.


Karena kedatangan kami di Terminal 1 maka jarak menuju tempat pembelian tiket kereta tidak terlalu jauh, menurut info sekarang Chubu Centrair Internationak Airport punya terminal 2, yang memakan waktu cukup lama untuk sampai ke tempat pembelian tiket kereta, akhirnya setelah mengantri cukup cepat kami akan naik kereta pada pukul 11.47 JST, yang artinya kami hanya punya waktu lebih kurang tujuh menit untuk dapat masuk kedalam kereta, waktu pesan tiket ini kami memesan yang reserved seat, harga tiketnya sendiri dari Nagoya Airport ke Nagoya Station sebesar ¥870 (delapan ratus tujuh puluh Yen) sedangkan untuk reserved seatnya sendiri sebesar ¥360 (tiga ratus enam puluh Yen). Dikarenakan waktunya kami rasa cukup mepet, kami langsung buru-buru masuk kedalam station dan mencari kereta kami, untungnya cukup gampang mencari keretanya karena jaraknya cukup dekat dan tidak perlu naik/turun tangga untuk mencapai peron, ditambah lagi karena kami mengunakan reserved seat lebih memudahkan kami karena gerbong keretanya lebih dekat lagi dengan pintu masuk, kebetulan kami memesan kursi di gerbong 2 (dua), setelah masuk dan baru selesai taruh tas kereta langsung jalan tepat pukul 11.47 JST. Seperti halnya saat kami sampai di Tokyo disini cuaca juga sedang hujan cukup besar, untungnya saat naik kereta semuanya indoor jadi kami tidak kebasahan, lebih kurang empat puluh menit sampailah kami di Nagoya Station.

Nagoya Station bisa dibilang ukurannya lebih besar daripada station yang saya datangi di Jepang, karena punya banyak line dari beberapa perusahaan, alhasil rame kali stasiunnya apabila dibanding di Hokkaido dan Akita. Tempat kami menginap kali ini adalah di Sanco Inn Nagoya Shinkansenguchi, yang lokasinya sangat dekat dengan Nagoya Station. Dari dan oleh karena itu kami akhirnya memutuskan untuk mengunjungi hotel tersebut, setidaknya kalau tidak boleh early check-in, kami bisa titip tas dulu sementara, karena hujan rintik masih turun maka kami berusaha menuju hotel lewat indoor sehingga tidak kebasahan. Kebetulan dari stasiun ke hotel kita bisa lewat bawah tanah yang mana tempat keluarnya langsung depan hotel kami. Jadi dari Nagoya Station sesuai arahan google maps kami menuju ESCA Shooping Avenue yang berlokasi di Underground yang dapat diakses dengan turun satu lantai dengan menggunakan ekskalator, lalu tinggal jalan lurus terus sampai kalian mentok dan mencari pintu keluar E4, di E4 juga ada 2 tangga yang kanan dapat digunakan untuk hotel yang kami akan inapi sedangkan yang bagian kiri dapat menuju hotel Sanco Inn Nagoya Shinkansenguchi Annex. Setelah keluar akhirnya kami cukup sedikit basah karena dari pintu keluar tersebut ke hotel tidak ada pelindung lagi dari hujan untuk jaraknya tidak jauh benar-benar tinggal sprint sebentar bawa koper sampai ke lobby hotel. Oh iya meski diawal kita masuk pakai ekskalator tapi di pintu keluar ini cuma ada tangga saja, jadi bersiap2 bagi kalian yang membawa koper seperti saya. Meski sebenarnya untuk naik ada ekskalator dipintu keluar E5 yang menuju BIC Camera yang memang lokasinya seberang hotel kami, tapi meski begitu sama aja karena kalau nyebrang akan tetap kena hujan meski bawa kopernya lebih mudah.

Di hotel ternyata kami masi belum boleh check in jadi kami memutuskan untuk menitipkan tas kami sementara di hotel dan melanjutkan perjalanan kami untuk cari makan di Nagoya Station. Kamipun kembali masuk lewat ESCA Shooping Avenue untuk menghindar dari hujan, sambil memilih mau makan dimana, karena kita juga tidak terlalu ada refrensi mau makan dimana akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Restaurant Area di JR Central Tower building di lantai 12 dan 13, waktu sampai kesana memang cukup banyak pilihan, tapi karena kedatangan kami disana saat jam makan siang dan hari minggu, jadi disana rame banget, tidak ada bahkan satu restaurant pun yang tidak ada antriannya, seperti mau naik wahana di Universal mereka siap antri untuk makan. Susah memang kalau sudah lawan orang Jepang untuk urusan mengantri, karena bingung mau makan apa dan dimana akhirnya kami memutuskan untuk makan di Din Tai Fung yang ternyata antriannya banyak sekali, lebih kurang setengah jam kami menunggu akhirnya kami memutuskan untuk tidak makan di Din Tai Fung karena pergerakan nomornya yang kami rasa cukup lama, yang kami prediksi mungkin satu jam lagi belum tentu dapat giliran makan. Kami pun menyerah dan pergi mencari makanan ditempat lain, kamipun kembali ke lantai satu lagi, disana ternyata kami menemukan ada satu jalan yang penuh banyak tempat makan, yang waktu saya search menulis ini saya baru tau namanya adalah Nagoya Umaimon Street, karena posisinya sudah laper jadi kami memilih asal restaurant yang ada, seperti biasa awalnya cari yang kira-kira orang yang makan cukup banyak di restonya dan satu-satunya restaurant yang ada antriannya adalah ใ™ใ”ใ„็…ฎๅนฒใ—ใƒฉใƒผใƒกใƒณๅ‡ช yang bila diartikan dengan G-translate hasilnya 'Amazing Niboshi Ramen Nagi', beberapa dari grup kami sudah mengantri disana tapi karena sudah lapar jadi saya dan beberapa famili memutuskan untuk makan ditempat makan sebelahnya yaitu ๆฑไบฌใƒฉใƒผใƒกใƒณ ใ„ใชไธ– yang kalau ditranslate ke bahasa inggris via G-Translate menjadi 'Tokyo Ramen Ina Sekai', karena kami pilih restaurant tersebut karena mau cepat dan tidak ada antri jadinya saya tidak punya gambaran kalau restaurant ini enak atau tidak, waktu menulis blog ini saja saya ketemunya dengan menulis huruf Jepangnya berdasarkan ingatan tempat dan fotonya, reviewnya sendiripun tidak ada seperti di applikasi AdvTrip.


Akhirnya saya memesan di Tokyo Ramen Ina Sekai berbekal insting, kebetulan pada saat itu restaurant tersebut punya menu yang khusus untuk Summer, jadi saya dengan polos pesan hal tersebut, tanpa tau sebenarnya apa yang saya pesan, karena untuk menu khusus summer itu tidak ada menu bahasa inggrisnya. Kalau dari gambar si sepertinya mie yang tidak pakai kuah atau yang biasa disebut abura  dengan topping ayam goreng. Waktu datang makanan yang datang sesuai dengan gambar yang diberikan, setelah sedikit searching nama menunya adalah Abura Chicken Salt Mixed Soba, jadi soba dingin dengan toping sayur yang saya tak tahu namanya, kacang, irisan ketimun, batang daun bawang, daging cincang dan ada kuah entah apa ditambah lemon yang harus diperas. Kalau dari bentuknya waktu itu saya mixed semua toping dengan sobanya kecuali ayam gorengnya dan menyantap sobanya yang telah diaduk bersamaan dengan menikmati ayamnya. Waktu itu saya bilang rasanya enak, dibanding dulu saya pernah makan salah satu restaurant soba di salah satu Mall di Jakarta, yang jadi rasanya beda adalah karena ada kacangnya yang bikin hasil mix soba ini jadi gurih, ayamnya sendiri juga sepertinya dengan bumbu yang cukup simple, waktu makan itu memang yang saya inget rasanya adalah rasa mix abura sobanya dibanding dengan ayam gorengnya, karena diotak saya yang rasa ayamnya yang keinget adalah ayam karaage yang ada di Naruto Honten di Otaru. hehehe.



Setelah selesai makan akhirnya kami kembali ke hotel untuk dapat melakukan check-in, waktu kembali saya pun baru sadar bahwa di alley itu ternyata ada Ippudo Restaurant, yang cukup saya sesali kenapa ga liat-liat dulu. menyesalnya bukan karena saya tau Ippudo enak, tapi lebih karena nama Ippudo Ramen cukup terkenal dan saya belum pernah coba makan disana. Lanjuttt, kembali ke hotel akhirnya saya langsung masuk ke kamar, sebelum masuk kamar di lantai dasar lobby hotel, kalian bisa mengambil berbagai toiletries yang tersedia seperti sisir, sikat gigi, odol, showercap dan mengambil berbagai macam bantal yang isi berbeda, yang saya inget si yang isisnya bulu angsa yang tentu menjadi pilihan utama kami, dikamarnya sebenarnya sudah ada bantal ini hanya option tambahan kalau dirasa dikamar masih kurang bantalnya.

Kegiatan kami pada hari itu pada akhirnya hanya menjelajah Nagoya Station yang saya datangi  di JR Nagoya Takashimaya, yang pertama saya kunjungi adalah tempat yang menjual berbagai makanan dan supermarket yang lokasinya di basement 1, setelah puas memilih dan membeli beberapa makanan kami melanjutkan penelusuran kami ke lantai 11 dengan menggunakan lift dan sampailah kami di Tokyu Hands, untuk di lantai 11 sendiri ternyata Tokyu Handnya menjajakan berbagai stationery, menurut saya tempatnya keren, yang bikin beda disini banyak sticker dan kartu yang bagus-bagus yang bisa kalian gunakan untuk saling mengirimkan surat, dilantai 11 ini ternyata juga tersambung dengan UNIQLO dan GU yang lokasinya berada di tower sebelah JR Takashimaya Gate Tower Mall yang bisa kalian akses lewat jalur penghubungnya. Meski begitu hari itu saya hanya turun naik lihat Tokyu Hands.

Setelah puas dari JR Takashimaya, kamipun kembali ke hotel untuk beristirahat dan setelah mimpi indah akhirnya kami melanjutkan langkah kami menuju sebuah tempat di Nagoya, FYI sebenarnya untuk perjalanan kami pada hari itu sangat terbatas, karena pada hari Senin ternyata banyak tempat wisata yang di kunjungi tutup, seperti Nagoya port aquarium, Toyota Museum dan lain-lain, hal ini baru saya sadari ketika iseng mencari informasi destinasi yang dapat saya kunjungi waktu naik Kereta dari Bandara Chubu ke Nagoya Station. Meski tempat wisata terbatas akhirnya kami memilih untuk mengunjungi Nagoya Castle.

Pagi sebelum memulai perjalanan kami di Nagoya, terlebih dahulu kami makan pagi di Hotel, it's a good simple breakfast, sistemnya prasmanan ambil sebisa kalian makan pagi, ada pilihan lauknya kalian pilih, satu sisi isinya ada nasi, salad, telur, sosis, daging bervariasi tiap hari bisa daging babi atau ikan, bahkan ada nato disana, sedangkan disi lainnya adalah berbagai pilihan pastry dan bekin lebih asik lagi ada toaster oven yang siap digunakan untuk menghangatkan pastry pilihan kalian, oh iya ingat croissant curah yang didapat waktu penerbangan saya ke Jepang, disini rasanya juga sama, wangi butternya setelah dihangatkan juara, untuk selainya yang selalu saya pilih adalah selai campuran butter dan azuki/ogura beans, karena dipack ditempat praktis yang tinggal ditekuk beres dan tidak ribet. dimeja lain tersedia juga soup yang tiap hari ganti, entah kenapa sangat puas dengan free breakfast di hotel ini meski simple. Setelah selesai makan pagi dan bersiap-siap Perjalanan kami ke Nagoya Castle dimulai dengan menuju station terdekat yaitu Nagoya Station, langsung menuju line kereta yang pintu masuknya dekat dari arah hotel kami, yaitu Sakuradori Line yang merupakan Nagoya Municipal Subway dengan ciri khas warna merah untuk menuju Hisayaodori Station dengan jarak 3 pemberhentian kemudian disana pindah line ke Meijo Line dengan ciri khas warna ungu dan menaiki kereta menuju Shiyakuso Station dengan satu pemberhentian saja dengan total biaya kepergian kami sebesar ¥210 (dua ratus sepuluh Yen). Saat kami keluar dari pintu 7 Shiyakuso Station, rintik-rintik hujan menyambut kami, berbekal payung yang kami pinjam dari hotel, kami melanjutkan jalan kaki menuju Nagoya Castle, saat sampai di east gate kami membeli tiket seharga ¥500 (lima ratus Yen) dan langsung melanjutkan perjalanan kami menuju castlenya. Kebetulan waktu kedatangan kami kesana main castlenya lagi dalam renovasi sampai tahun 2022. dari esat gate kami langsung jalan menuju second front gate untuk memasuki daerah Honmaru, waktu masuk nanti akan ada persimpangan, kalau kalian ke kiri kalian bisa mengunjungi Southwest Corner Watchtower, sedangkan kalau ke kanan kalian bisa langsung mengunjungi Honmaru Palace, karena hampir semua orang yang datang kesana langsung pergi ke kanan maka kami juga mengikuti pilihan tersebut, jadilah kami sampai di Honmaru Palace yang memang dari bangunannya terlihat cukup baru dan terawat, langsunglah kami masuk antrian untuk masuk mengunjungi Honmaru Palace, waktu masuk kalian akan digabungkan menjadi satu grup yang akan masuk kedalam palace, sebelum masuk kalian dapat menaruh payung di tempat penitipan payung, lalu masuk untuk mengganti alas kaki jadi sendal dalam rumah lalu memasukkan alas kaki dan segala barang ditempat penitipannya, sesudah itu kalian dapat mulai mengeksplore berbagai ruangan yang sangat keren, tapi ditempat penitipan barang jangan lupa kalian ambil brosur karena di area dalam seingat saya kurang ada penjelasan dalam bahasa inggris, yang pinggiran brosurnya berwarna orange, karena beda warna beda bahasa. Waktu masuk ketempat ini yang pasti bikin kalian takjub adalah lukisan disetiap dinding pembatas yang didominasi dengan warna emas. Benar-benar berasa mau ketemu petinggi kerajaan. Setelah menikmati segala keindahannya, kami kembali melanjutkan eksplore di Nagoya Castle, sekeluarnya kami dari Honmaru Palaca kami segera menuju Museum shop yang bisa kalian akses di dekat tempat mengantri untuk masuk ke Honmaru Palace. Bagi kalian yang mau cari oleh-oleh bisa liat2 kesini atau sekedar ngadem atau meneduh, maklum hujan rintik masih menemani kami kala itu. Awalnya si saya tidak ada rencana mau beli apapun, tapi akhirnya keracunan juga saat ada yang membeli korek kuping/earpick manual tapi bentuknya pedang seharga ¥486 (empat ratus delapan puluh enam Yen), oh iya didepan museum shop itu biasa jadi tempat foto-foto karena posisinya yang berada sangat dekat Main Castlenya, sempatkan juga berfoto disana, habis foto sayapun iseng ingin membeli snack, saya kurang tau namanya tapi harusnya namanya manju yang bentuknya Kinsachi (ikan emas yang jadi lambangnya Nagoya), waktu kalian lewat didepannya wanginya cukup menggoda sehingga saya akhirnya membeli, waktu beli rasanya masih panas, untuk fillingnya saya sendiri pilih yang custard. Manju klo dibayangin mirip taiyaki tapi teksturenya mirip dorayaki dan ukurannya juga bisa dibilang kecil. Harga dari manjunya sendiri saya juga lupa karena belinya cuma satu dan dibeli sekaligus mengurangi jumlah recehan yang dibawa, tapi tetep worth it to try.







Dari Honmaru Area kami menuju Ofuke-maru Area, di daerah ini si saya hanya menjelajah bagian pinggir jadi hanya sekilas lewat dan langsung menuju daerah selanjutnya Nishi No maru Area, di area ini intinya sudah balik ke pintu gerbang didepan, yaitu Main gate atau pintu masuk lain selain dari awal saya masuk yaitu di East gate nah disini terdapat Kinsachi Golden Tiger Fish, yang ada dibawah tanah jadi kalian bisa juga menyempatkan berfoto disini. Setelah itu saya masuk lagi ke Souvenir shop sekedar iseng untuk melihat-lihat, di tempat ini juga akhirnya saya membeli Coin medal kedua saya yang coraknya stitch dan Kinsachi. Karena posisinya banyak yang terpisah-pisah akhirnya saya iseng memutuskan untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi tapi terlewat yaitu Southwest Corner Watchtower, waktu masuk kesini untungnya tidak banyak antrian seperti waktu pertama kali melihat saat memilih mau ke Honmaru palace atau Soutwest Watchtower ini, apalagi antrian yang di Watchtower memang tidak ada peneduh untuk melindungi saat hujan, dibanding antrian Honmaru Palace. Lanjut kalau mau masuk kedalam Watchtower ini kalian harus melepas alas kaki, cara masuknya mirip seperti masuk Honmaru Palace, yang sangat dibatasi orangnya disini adalah ketika kalian mau mengunjungi lantai tiga. jadi di lantai kedua pasti akan ada antrian lagi bagi kalian yang mau ke lantai tiga karena batasan orang yang boleh ada disini. Dari watchtowernya kalian bisa melihat ke arah Main Gate, jadi memang bisa digunakan untuk memantau orang yang datang kesini.



Oh iya di dekat watchtowernya ada Moat yang membatasi castle dari daerah sekitarnya, kalau seperti di Akita atau Senshu Park Moatnya berbentuk kolam sedangkan di nagoya Castle Moatnya isinya rumput tidak ada airnya, yang membedakan adalah kalian bisa melihat rusa di Moat ini, waktu kedatangan saya sih melihat rusanya di daerah dekat Southwest Watchtower ini, jadi bagi kalian yang ke Nagoya sering-seringlah melihat ke Moatnya siapa tau bisa lihat rusa juga disana. Selama kunjungan kalian juga bisa mencari petugas disini yang memakai baju kimono/yukata dan baju samurai/ninja, cuma memang mereka akan jalan-jalan mengitari Nagoya Castle, saya sendiri kebetulan tidak bertemu dengan mereka mungkin memang waktu itu kebetulan posisinya lagi masuk ke dalam Watchtower.

Setelah dirasa cukup puas menikmati Nagoya Castle akhirnya kami memutuskan untuk makan siang, kebetulan selama perjalanan dari Shiyakuso Station menuju Nagoya Castle terdapat beberapa restaurant, nama areanya Muneharu Zone, setelah memilih iseng akhirnya pilihan jatuh kepada Fujiyama 55 Restaurant, disini tersedia berbagai macam ramen, saya sendiri entah kenapa penasaran dengan Taiwan Mazesoba atau Abura Sobanya, rasa enak entah kenapa memang tidak akan pernah salah rasa untuk Ramen di jepang, pada saat itu kalau tidak salah ada seasonal menu yaitu Abura Soba pakai dried sakura ebi. rasaya si enak seger gurih, sobanya kenyel, oh iya sebenernya kalau habis sobanya kalian boleh minta nambah nasi untuk dicampur dengan bumbu-bumbu abura yang tersisa, hanya kebetulan saya tidak minta tambah nasi takutnya sebentaran lagi juga sudah jajan atau makan lagi, hehehehe...



Lanjut, setelah makan dan hujan sudah tidak menampakan batang hidungnya, kami langsung berencana bersantai ria di taman yang dekat dari Nagoya Castle, yaitu Meijo Park, awalnya kami juga berencana ingin membeli tiket kombinasi Nagoya Castle dan Tokugawaen, yang artinya kami memang mau mengunjungi japanese garden. Tapi karena hari senin, Tokugawaennya tutup, jadi penggantinya adalah ke taman yang memang deket Nagoya Castle, Meijo Park ini juga keren, taman cukup besar tertata rapi, cukup banyak bunga terutama di daerah dekat Meijo Park Flower Plaza, untuk flower plazanya waktu saya datang kebetulan sedang tutup, di dekat sana juga ada spot foto dimana ada rumah kincir angin yang seperti yang di Belanda, hanya memang saja kondisinya tidak terlalu baik, tapi kalau difoto dari jauh masih bagus fotonya,  akhirnya kami santai-santai ngobrol menikmati taman yang cukup sepi.


Setelah dirasa cukup menikmati suasana taman akhirnya kami memutuskan untuk balik ke hotel, tapi waktu pulang kami melihat ada papan penunjuk yang menunjuk suatu kuil yang akhirnya membelokkan langkah kami menuju kuil tersebut, pure iseng dan bahkan kita ga tau apapun mengenai kuil tersebut. Kalau  kalian search di G-maps itu namanya Choeiji Temple, waktu perjalanan menuju ketempat tersebut kami tertahan sebentar di Yanagiharakita Park, yang awal kita datang di Yanagiharakita Park sebenarnya yang terlihat seperti tempat doa dan ada banyak gerbang Tori yang berwarna merah, jadi saya mengira itu semacam kuil shinto, disini kalian bisa foto-foto dengan gerbang tori merahnya dimana posisi torinya cukup rapat dengan yang lain, hanya tidk terlalu panjang deretannya. Setelah melihat-lihat sekilas disana kami melanjutkan perjalanan kami ke Choeiji Temple, waktu sampai ternyata kuilnya bisa dibilang cukup kecil dan sepi, karena posisinya yang memang hanya di gang kecil, bahkan kunjungan kami kesini lebih cepat dibanding saat kami berkunjung Yanagiharakita Park yang tidak direncanakan, tapi tidak apa-apa namanya iseng sekaligus melihat merasakan suasana perumahan jepang di kota Nagoya. Untuk balik menuju hotel, kami kembali menggunakan Subway dan masuk dari MeijoKoen Station karena lebih dekat, jalur baliknya juga kurang-lebih sama seperti saat kami pergi kesini, yang menggunakan Meijo Line dan pindah ke Sakuradori Line berbeda harga karena penambahan satu station yaitu Meijokoen station, sehingga harga untuk balik ke hotel menjadi ¥240 (dua ratus empat puluh Yen).


Setelah istirahat sebentar akhirnya kami memutuskan untuk kembali keluar dari hotel untuk makan malam, daripada bingung akhirnya kita memutuskan untuk ketempat makan yang sudah pasti diketahui semua orang yaitu Ichiran Ramen, lokasinya sangat dekat dari Nagoya Station jadi tinggal jalan lebih kurang 700m (tujuh ratus meter) dari Hotel, waktu makan kami disini waktu itu masi jam lima sore, belum waktu jam makan malam jadi waktu sampai disini bisa dibilang cukup sepi, lumayan kalo sepi jadi tidak ribet mengantri, mengingat pengalaman kami cari makan waktu hari Minggu.

Sekilas Revie mengenai makan di Ichiran Ramen Nagoya Station Store, lokasinya diluar dari gedung Nagoya Station, waktu masuk ikuti jalur turun sampailah anda ketemu dengan Vending Machine untuk memilih pesanan anda, menunya bisa dibilang cukup terbatas hanya mie dan beberapa pilihan toping, saya pilih menu Ichiran Set Menu dengan harga ¥1490 (seribu empat ratus sembilan puluh Yen), yang sudah lengkap dengan tambahan telor, daging, nori dan sebagainya. Variasi yang bikin ini beda adalah kita bisa mengatur kondisi mie kita mulai dari tekture sampai kepedasan kuah, kebetulan karena pertama kali kesini saya sendiri memilih untuk tidak mengorder terlalu pedas, jadi saya pesan di tingkat 5 yang ternyata tidak ada pedas-pedasnya. Rasanya enak karena bisa menyesuaikan keinginan kalian jadi enaknya sudah digaransi dengan preference kita itu, setelah makan saya akhirnya memutuskan untuk membeli mie instant ichiran yang mienya lurus.

[TMI]
Rasanya Mie Ichiran yang instant cukup beda dengan waktu pembelian ramen ditempat, saya sendiri lebih suka waktu makan ditempat, mungkin karena variasi pilihan yang dapat kita atur sendiri.





Setelah makan dari Ichiran saya sendiri melakukan kegiatan kecil-kecilan yaitu mencuci baju dan mengeringkannya di Hirai Coin Laundry, untuk mencuci disini cukup mudah pertam pastinya kalian mencari mesin cuci yang kosong, disini ada pilihannya tergantung muat kapasitas mesin cuci, untuk harga ¥200 (dua ratus Yen) atau ¥300 (tiga ratus Yen), selain coin laundry disana juga dijual deterjen yang dijual dengan harga ¥40 (empat puluh Yen), lamanya mesin cuci sekali jalan saya sendiri sudah lupa, kalau tidak salah sekitar 20 menitan disana, setelah selesai dicuci bajunya kita lanjutkan ke mesin pengeringnya, harganya ¥100 (seratus Yen) untuk sepuluh menit, berdasarkan pengalaman karena biasanya dalam pencucian kita banyak menggabungkan baju lebih aman untuk melakukan pengeringan sebanyak dua kali, berarti dengan harga ¥200 (dua ratus Yen) untuk dua puluh, setelah kering besok bisa digunakan kembali, honestly speaking ini itungannya cukup murah karena sekali mencuci kering seharga ¥440 (empat ratus empat puluh Yen) tersebut kita bisa mencuci untuk 5 orang, yang artinya seorang lebih kurang ¥90 (sembilan puluh Yen), cuciannya ini termasuk satu baju dan celana.


Dengan selesainya makan malam pada kali ini maka berakhirlah pula kegiatan kami di Nagoya pada hari itu.

                                                                                        ใคใฅใ

Saturday, October 10, 2020

[TRAVELRY] Japan Trip Part 6

Sambil menghirup angin pagi, perjalanan saya di Akita berlanjut, untuk dihari yang baru ini grup kami kebetulan mempunyai satu tempat tujuan yang memang sudah disepakati dari sebelum kami pergi ke Jepang yaitu Seitai Hoshikai / Our Lady of Akita, yang merupakan salah satu gereja Katolik di Akita yang mempunyai kebun yang cukup luas. Ada cerita kalau digereja di Akita tersebut ada patung Bunda Maria yang mengalami sebuah fenomena yaitu patung tersebut menangis/mengeluarkan air mata, untuk kebenarannya saya juga kurang tahu karena pada dasarnya kunjungan kami ke Seitai Hoshikai bisa dibilang untuk berdoa dan menikmati pemandangan disekitarnya.

Perjalanan kami menuju Seitai Hoshikai sendiri kami tempuh dengan menggunakan bus, karena memang untuk transportasi publik selain taksi yang dapat kami gunakan adalah bus, berdasarkan informasi dari G-maps jadwal bus yang akan membawa kami terdapat pada jam 09.06 JST, oleh karena itu meskipun kami sudah berkumpul mulai dari jam 08.15 JST kami masih saja menyempatkan terlebih dahulu menikmati kembali suasana Senshu Park. Untuk halte atau tempat pemberhentian terdekat dari Senshu Park adalah Senshu-Kobata-Machi, maka setelah berfoto-foto ria di Senshu Park kami melanjutkan perjalanan ke tempat pemberhentian tersebut. Tempat pemberhentian busnya sendiri ternyata hanya trotoar pinggir jalan dengan plang tempat pemberhentian tersebut. Posisinya cukup menarik karena didekat situ terdapat kolam kecil yang banyak sekali ikan dan terlihat juga kura-kura. Oh iya dikolam ini kejadian lagi ikan loncat meski hanya sekali, sepertinya memang kalau kami ke Senshu Park kami bakal sering lihat ikan loncat, tapi terlepas dari ikan yang bisa melompat yang bikin kerennya adalah bagaimana ikan-ikan tersebut bisa hidup, kolamnya juga bisa dibilang tidak ada sampah sama sekali, coba kalau kita pikir ikan-ikan tersebut gimana tetap hidup di kolam umum tersebut, pasti cukup banyak warlok yang memberi makanan kepada ikan-ikan tersebut, seperti yang pernah saya lihat ada kakek/nenek yang membagi makanannya dengan ikan-ikan tersebut. Sehingga yang dapat kita pelajari adalah bahwa kita memang harus hidup berkesinambungan dengan alam.

Lebih kurang jam 09.06 JST, bus nomor 361 Akita Hot Spring Line akhirnya datang dan kami langsung masuk ke bus tersebut, seperti yang sudah diketahui untuk bus kita masuk dari tengah dan mengambil tiket di pintu masuk tersebut, kebetulan di bus ini tidak bisa pakai IC Card. Perjalanan dengan bus kami tempuh selama lebih kurang tiga puluh lima menit dengan biaya sebesar ¥430 (empat ratus tiga puluh Yen), kamipun berhenti di tempat pemberhentian Yomogida Kamichou yang memang saat kalian melihat tempat pemberhentian tersebut kalian pasti dapat langsung melihat papan penunjuk untuk menuju Seitai Hoshikai.  

Setelah turun di tempat pemberhentian dimulailah jalan kaki menuju tempat tujuan, selama perjalanan kita cukup mengikuti jalan yang tersedia dan disetiap pertigaan pasti ada papan petunjuk sehingga kita pasti tidak akan nyasar. Info dari G-maps jaraknya kurang lebih 1,30 Km (satu koma tiga puluh kilometer) dan jalannya agak menanjak di bagian awal, setidaknya lebih baik jalan menanjak pas datang daripada setelah pulang. Karena memang kedatangan kami pada musim-musim perubahan dari musim semi ke musim panas mengakibatkan cuacanya berawan jadi pada saat perjalanan tidak terlalu panas.



Waktu sudah sampai daerah Seitai Hoshikai kalian akan melewati sebuah kebun yang memang menjadi bagian dari Seitai Hoshikai, jujur kami sudah masuk ke kebun ini sebelum sampai ke pintu gerbangnya, karena saat dikebunnya memang tidak ada pagarnya sehingga kami lebih memilih masuk dan melewati jalan di kebun itu. kebunnya lumayan banyak pohon berjarak, ada juga beberapa semak dipinggir jalan, entah mengapa kalau kalian melihat photo dari kebun ini rasanya suasananya enak kalau lagi fall, oh iya jalan yang kami masuk tersebut ternyata adalah jalur jalan salib.

Setelah melewati kebun akhirnya kami sampai di kapel tempat kalian dapat berdoa, langsung saja kami masuk kedalam kapel untuk melihat-lihat, untuk bentuk kapelnya si seperti kuil di Jepang, bagian dalamnya juga sangat kerasa feel Jepangnya mungkin bisa saya bilang mirip ryokan (penginapan berarsitektur Jepang), saat masuk kesini layaknya sebuah Ryokan, kita diminta melepas sepatu dan memakai sandal khusus buat dalam ruangan. Suasananya banyak memakai aksen kayu dari lantai maupun pembatas ruangan. Saat kami masuk ternyata akan dimulai misa di hari itu, sebuah kejutan bagi kami karena kalau di website terjadwal misa hari sabtu malam. Misa tersebut ternyata terselenggara karena lagi kedatangan seorang pastor dari Jerman, sebuah pengalaman menarik saya untuk dapat mengikuti misa di Jepang, selain baru pertama kali saya mengikuti misa selama ke Jepang, bahasa yang digunakan juga cukup unik, karena pastor pemimpin misa adalah pastor dari Jerman maka dalam misa ini digunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jerman dan Jepang, dimana pastor akan berbicara dengan bahasa Jerman dan kemudian ditranslate dengan bahasa Jepang oleh penerjemah yang juga mengikuti misa tersebut. Selama misa bantuan untuk mengikuti hanya ada buku misa yang berisi bahasa Jepang yang tulisannya sudah di Romajikan, sehingga sedikit-sedikit kita bisa mengucapkan doa/balasan dengan bahasa Jepang, tapi kalau tidak mau ribet tinggal jawab saja dalam hati dengan bahasa Indonesia, karena inti doanya sama.


Misapun berakhir lalu kami keluar ke Kapel dan munuju sebuah ruangan di bagian kiri, yang ternyata tempat berdoa kepada Bunda Maria, dimana diruangan tersebut terdapat Patung Bunda Maria yang dikabarkan meneteskan air mata, terlepas dari adanya fenomena itu saya melanjutkan berdoa untuk mengucap syukur bahwa ternyata pada hari itu saya bisa berkunjung kesana. Setalah itu kami melanjutkan menuju sebuah toko rohani kecil yang ada didalam kapel tersebut, lumayan untuk sebuah kenang-kenangan bagi keluarga di Jakarta, salah satu yang menarik atau ciri khas oleh-oleh dari Seitai Hoshikai ini sendiri adalah manik-manik atau salib yang ditengahnya ada sebuah buletan yang dimana kalau kalian lihat dengan menutup mata satu dalam suasana yang ada cahaya kalian dapat melihat gambar patung bunda maria yang menangis di Akita. Saat masi memilih ternyata kami diberitahukan bahwa akan ada break makan siang, dimana memang didalam kapelnya tertulis jam buka untuk siang sampai dengan 11.30 JST, jadi kami segera menyelesaikan dan keluar dari kapel agar tidak mengganggu istirahat siangnya.


\

Jam makan siang mendekat, akhirnya kami memutuskan untuk kembali balik ke arah Akita Station, tetapi sebelumnya saya melihat-lihat kebun yang ada disini, yang salah satunya adalah The Garden of Mary, didalam sini seperti taman kecil yang dirawat yang didalamnya juga terdapat patung Bunda Maria. Suasana di kebun sini tuh tenang sepertinya memang asik untuk tempat duduk-duduk ataupun kalau mau berdoa/meditasi disini. Akhirnya perjalanan pulang kami lakukan karena bus pulang kami terjadwal kurang lebih jam 12.15 JST dari tempat pemberhentian Yomogida Kamichou, untungnya selama perjalanan kembali jalannya turun sehingga memakan waktu yang lebih cepat dibanding dengan jalan pergi, demi menghemat waktu dan menikmati udara kami iseng lewat jalan melewati sawah dan greenhouse diperjalanan tersebut, bahkan petani warloknya ramah menyapa kami dan menanyakan kami dari mana, Konichiwa.


Sesampainya di tempat pemberhentian untungnya bus belom datang, tau sendiri khan Jepang terkenal dengan ketepatan waktunya, meski ya bisa selisih 3-5 menit sih, kejadian selisih waktu tersebut terjadi pada saat naik bus kepergian kami. Bus Akita Hot Spring Line kembali kami naiki dengan tujuan Akita Station dengan biaya yang sama saat pergi, setelah perjalanan kami lalui selama lebih kurang 20 menit akhirnya sampai juga kami di Akita Station dan terjadilah kejadian yang ternyata bisa memancing tetua warlok disini, yaitu karena yang keluar dari bus cukup banyak ditambah rata-rata kami membayar dengan uang ¥500 (lima ratus Yen) sedangkan biaya busnya ¥430 (empat ratus tiga puluh Yen) yang jadinya perlu waktu lagi untuk pengurusan. Saya sendiri baru pertama kali bayar cash untuk naik bus karena pada saat di Hokkaido saya tinggal tap membayar dengan menggunakan IC Card, jadi saya juga kurang tau bagaimana proses pembayaran dengan uang yang tidak pas.

Jadi pada saat membayar apabila uang kamu sebesar ¥500 terlebih dahulu kamu harus menukarkan uang kamu ke pecahan yang lebih kecil, jadi didekat supir busnya ada alat untuk menukar uang, setelah dimasukkan kalian ambil pecahan uang dari uang yang kami masukin dan membayar koin sesuai tarif ke tempat untuk membayar beserta dengan tiket bus yang sudah kamu ambil. Gampang bukan? tapi sayang waktu kejadian itu saya tidak mengerti sama sekali, waktu memasukan uang ke mesin penukar uang lebih kecil saya kira pembayaran sudah dilakukan dan uang yang keluar saya kira uang kembalian dan saya sudah langsung mau pergi, tapi sopir busnya sadar saya bingung jadi dipanggil lagi, setelah itu saya melakukan usaha terakhir tinggal membuka tangan saya yang ada koinnya, biar sopirnya yang mengambil uang yang harus saya bayarkan dan memasukkannya ketempat yang dituju, kalau digambar diatas tempatnya yang ada kotak warna bening, disana dimasukkan koin beserta juga dengan tiketnya. Setelah selesai dan keluar dari bus baru saya sadar prosesnya.  

Lanjut sesampainya di Akita station kami langsung mencari makan siang di Akita station, yang letaknya di lantai paling atas (Topiko 3F), kalau mengikuti nafsu saya sebenernya penasaran dengan restaurant bernama Akita Hinai Jidoriya yang menu adalannya adalah okayodon, tapi pas sampai antriannya lama, karena yang lain sudah lapar akhirnya kita memilih tempat yang lain, disini entah mengapa ada pembelajaran lagi bagi saya yang baru pertama kali ke Jepang, jadi ceritanya karena tidak memilih Akita Hinai Jidoriya kami memilih salah satu restaurant disana, didepan restaurantnya banyak sekali sample makanan yang membuat kami ingin makan di tempat tersebut, terlebih antriannya yang tidak lama, setelah lebih kurang sepuluh menit menunggu akhirnya giliran nama kami dipanggil, saat masuk ternyata apa yang kami pesan tidak dijual, disana saya juga baru sadar ternyata waktu kedatangan kami saat makan siang berdampak pada menu yang dijual, jadi lunch menu yang tersedia ditempat tersebut hanyalah ramen sedangkan beberapa dari kami sudah tidak mau makan ramen yang menyebabkan akhirnya kami tidak jadi makan ditempat tersebut. ya pengalaman baru saya yang baru pertama kali ke Jepang, bahwa ada beberapa restaurant yang menggunakan sistem tersebut. 

Makan siang akhirnya kami lakukan direstaurant lain yaitu Pablo Picasso sebuah restaurant italy tapi meski begitu saya pesannya jatuh lagi ke Chicken katsu, saya sendiri sejujurnya tidak terlalu ingat makan disini jadi foto disini juga kurang ada.

Setelah selesai makan kami sebentar puter-puter toko-toko yang terdapat di Akita Station tepatnya gedung Topico, melihat toko dan jajanan yang disediakan, karena itu kamipun berencana untuk membeli snack dan makanan untuk makan malam di hotel. Meskipun akhirnya pilihan tetap jatuh untuk beli makanan dan snack di Seven Eleven. Karena tidak terlalu ada ide mau kemana lagi akhirnya saya memutuskan untuk kembali mengunjungi Senshu Park, entah mengapa jujur saya cukup betah bolak-balik disini, sayangnya ditengah perjalanan kami ternyata hujan turun sehingga kami memutuskan untuk kembali ke hotel.

Sesampainya di hotel, saya memutuskan untuk menggunakan fasilitas hotel yang cukup berbeda yaitu onsen/hot spring, kebetulan hotel di Akita yang kami pesan Dormy Inn memang cukup berbeda, akhirnya malam harinya setelah makan saya menuju ke hot spring yang ada di lantai 10 kalau tidak salah. 

Pengalaman pertama kali telanjang badan di Akita, untungnya waktu itu suasananya sepi hanya ada saya dan om saya, setelah melepas baju, saya masuk ke ruangan onsen untuk terlebih dahulu membersihkan badan lalu saya langsung masuk ke kolam indoor, untuk airnya si tidak panas sekali, ya hanya hangat. Tapi saya sebenarnya lebih penasaran untuk langsung menuju kolam yang outdoor, jadi saya langsung keluar bugil ke kolam tersebut, ya setidaknya jadi ada pengalaman baru di Jepang, saya sangat menikmati berendam di air hangat ini, saya duduk di pancuran airnya, hal tersebut dapat saya lakukan karena memang airnya hangat terlebih ditambah air hujan yang terus turun. Setelah puas berendam di Outdoor saya kembali lagi ke kolam panas di Indoor dan saya tiba-tiba penasaran sama kolam air dinginnya, karena itu saya mencoba untuk masuk ke kolam air dingin, waktu disana airnya sangat dingin dan sepertinya ada wangi tertentu di airnya, saya sendiri kurang tahu wangi apa, tapi anehnya mungkin karena kelamaan di air dingin saya jadi agak lemas jadi saya masuk sebentar ke kolam air hangat lagi dan memutuskan untuk keluar dari kolam tersebut ke tempat ganti baju. 





Karena di tempat ganti baju ada mesin cuci saya memutuskan untuk mencuci baju dan celana jeans saya disana, kebetulan di hotel ini gratis untuk mencuci pakaian yang bayar hanya untuk pengering pakaiannya dengan biaya ¥100 (seratus Yen) per tiga puluh menit, jadi lumayan lah cuci disini, sambil menunggu saya membeli susu karenakata orang-orang habis onsen enaknya medinginkan diri dengan minum susu dingin, vending machinenya ada didepan onsen, setelah memilih akhirnya jatuh pilihan saya ke susu yang berwarna kuning yang saya kira rasa pisang, yang ternyata eh ternyata warna kuningnya rasa lemon jadi agak sedikit asam bukan susu manis. tertipu oleh warna wakakakak..

[TMI]                                                                                                                                         
Di Dormy Inn sendiri banyak juga event gratis salah satunya adalah dapat makan ramen di jam tertentu, kalau saya karena sudah membeli snack tadi di sevel eleven jadinya cukup menikmati snack yang sudah saya beli. 

Malam itu menjadi malam terakhir saya di Akita dan esok hari kami harus sudah melanjutkan perjalanan menuju central Japan, Nagoya. Kebetulan pesawat kami lebih pagi dibanding saat kepergian kami dari Hokkaido dan karena hal itu kami harus sudah mempersiapkan diri di Akita Station untuk kembali naik bus menuju Akita Airport.



Hari telah berganti dan akhirnya setelah mengemas barang dan check out kami melanjutkan perjalanan kami menuju bus station di Akita Station, bagi kalian yang ingin menuju Airport kalian bisa mencari halte nomor 1 yang bertuliskan Airport Limousine, di hatle nomor 1 itu juga terdapat jadwal bus yang bisa kamu ikuti karena disetiap jam keberangkatan terdaftar juga jadwal penerbangan yang ada di Akita Airport. jadwal tersebut bisa menjadi acuan bus terakhir yang dapat kalian naiki, karena tidak ada salahnya juga untuk datang lebih awal, di jadwal yang tersedia dikasi jeda waktu lebih kurang satu jam untuk melakukan check in. Dari jadwal tersebut dapat kita ketahui bahwa tujuan dari Akita Airport itu sendiri ternyata hanya terbatas beberapa kota, yaitu Tokyo, Osaka, Nagoyachuubu dan Sapporo.

Kami sendiri merencanakan kepergian kami dari halte Akita West Side menggunakan bus dengan jam keberangakatan 06.50 JST meskipun jadwal penerbangan saya menuju destinasi selanjutnya pukul 09.40 JST, sambil menunggu kami menikmati berbagai pemandangan sepi di hatle tersebut, di setiap haltenya ada anyaman-anyaman dalam berbagai bentuk seperti di gambar, saya yang penasaran ada gambar apa saja dan dengan isengnya pergi ke halte yang lain, waktu saya pisah dari rombongan itu ada seorang bibi yang dengan pedenya tanya dengan bahasa Jepang, tentu saya jawab dengan ใ‚ใ‹ใ‚Šใพใ›ใ‚“yang artinya saya tidak tau, lucunya dia masi tanya, mungkin dengan saya jawab wakarimasen dikiranya saya bisa menjawab pertanyaannya, sedangkan menurut saya artinya saya tidak ngerti bibi ngommong apa. 

Setelah cukup lama menunggu karena kami sudah keluar dari hotel pukul 06.00 JST akhirnya bus yang kami naiki datang dan mengantarkan kami ditujuan akhir kami di Akita yaitu Akita Airport. Setelah perjalanan lebih kurang empat puluh menit ini akhirnya kami sampai di Akita Airport, kalau sesuai jadwal kedatangan kami di Airport ini pada pukul 07.30 JST. Waktu masuk kami langsung menuju tempat untuk check-in dan bag drop karena bandaranya sendiri cukup kecil maka dengan mudah dapat kalian temukan tempat check in-nya, bener-bener tinggal masuk langsung ketemu. Setelah selesai urusan tersebut dan mendapat print tiket akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami menuju tempat boarding yang dapat kalian lakukan hanya dengan naik satu lantai ke lantai dua. Di lantai dua setelah kalian selesai naik ekskalator kalian langsung disambut dengan tempat belanja souvenir yang banyak menyediakan merchandise lucu bergambar anjing akita tentunya, selain souvenir shop ini terdapat juga ruang tunggu sebelum benar-benar masuk kedalam boarding roomnya, karena jangka waktu yang cukup lama kami memutuskan untuk menunggu disana, sekalian bisa lihat sedikit-sedikit souvenir yang bisa dibeli untuk dijadikan omiyage. Waktu di tempat souvenir ada yang membeli japanese sweet yang namanya kinman dengan corak hello kitty yang memang sepertinya cukup terkenal di Akita, rasanya lumayan enak tapi mungkin lebih enak klo fresh from the oven, sedangkan keisengan saya disini adalah saya membeli buta mochi alias butter mochi, sejujurnya saya tau makanan ini eksis karena nonton variety show idol grup seventeen, yang dimana salah satu misinya mereka musti beli butter mochi tersebut. Pas di Akitanya sendiri sih saya tidak langsung makan butter mochinya, karena sudah makan kinman dan yang lain-lain saat menunggu. Selain beli butter mochi saya juga membeli memento yang cukup mahal yaitu Coin Medal, kenapa saya tertarik beli ini karena Coin Medal selain karena tiap daerah atau tempat punya coraknya sendiri, Coin Medalnya dapat dipakai ke kalung atau gantungan kunci yang tentu dijual terpisah disitu. harga untuk koinnya sendiri sekitar ¥400 (empat ratus Yen) atau ¥500 (lima ratus Yen) tergantung dari coraknya dan aksesoris gantungan kunci atau kalungnya masing-masing dengan harga ¥200 (dua ratus Yen). 



Setelah cukup puas di souvenir shop kami masuk ke ruang boarding, waktu masuk keadaan disana cukup ramai, mungkin juga dikarenakan memang tempatnya yang juga tidak terlalu besar. Disini kami iseng lagi pergi ke tempat makan yang ada didalam boarding room, tempatnya cuma satu yang posisinya ada di pojok kiri dekat toilet dari pintu masuk ke ruang boarding. Tujuannya karena kami mau isi perut sebelum jalan, karena sebelumnya saya sudah makan snack jadi saya memutuskan untuk beli inari sushi, meskipun setelahnya saya bantuin juga habisin yang lain. Oh iya selain tempat makan disini juga jual beberapa pernak pernik akita dan saya memutuskan untuk membeli kaos kaki anjing akita untuk oleh-oleh.

Waktu yang telah ditunggu tiba, penerbangan kami dinyatakan siap untuk para penumpang masuk kedalam pesawat, untuk pesawatnya sendiri tipenya masih sama seperti dengan pesawat yang kami naiki dari Sapporo, yang ada baling-baling di sayapnya. Akhirnya pesawat kami lepas landas dan mengucapkan salam perpisahan kepada Akita Prefekture.

                                                                                        ใคใฅใ

Saturday, October 3, 2020

[TRAVELRY] Japan Trip Part 5

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Hokkaido prefectrure pukul 12.30 JST, akhirnya setalah satu jam mengudara sampailah saya beserta rombongan di Akita Prefecture, perjalanan kami tempuh menggunakan pesawat karena waktu tempuh yang lebih singkat jika dibandingkan dengan naik kereta. Untuk  tipe pesawat yang kami gunakan Non-stop De Havilland DHC-8 atau yang lebih dikenal Dash 8, yang dimana merupakan pesawat kecil dengan kedua baling-baling disayap pesawat. Untuk bentuk pesawatnya bisa juga dilihat digambar-gambar berikut atau bisa di search pesawat Dash 8 di gugel.




Sesampainya kami di Akita Airport pukul 13.30 JST, kami langsung mencari bus yang dapat mengantar kami ke hotel tempat kami menginap atau ke arah Akita Station. Di Akita Airport itu sendiri bisa dibilang kecil dan jaraknya cukup jauh dari Akita Station. Biaya perjalanan kami sebesar ¥930 (sembilan ratus tiga puluh Yen) untuk sekali perjalanan per orang menggunakan limousine bus dengan tujuan Akita Station West Entrance, lama perjalanannya naik busnya lebih kurang empat puluh lima menit perjalanan. Untuk beli tiketnya langsung dari ticket machine yang ada di pintu keluar bandara. Sesampainya di Akita Station kami langsung menuju hotel kami yang memang lokasinya tidak jauh dari situ, lalu check-in di hotel yang kami tinggal untuk dua hari yaitu Dormy Inn Akita Natural Hot Spring. 

Akhirnya setelah check-in sekitar pukul 15.30 JST kami baru dapat memulai untuk mengeksplore Akita. Sebelum berpergian ke Jepang sebenarnya saya berusaha mencari berbagai tempat yang dapat saya kunjungi di setengah hari ini, tapi karena waktu terpaksa saya harus mengeliminasi beberapa option yang sebenarnya bisa saja saya lakukan, tapi untuk apa kalau tidak menikmati keseluruhan koleksi dan histori dari destinasi yang saya kunjungi. Waktu tutup untuk museum di Akita rata-rata pada pukul 16.00 JST jadi saya hanya punya waktu empat puluh menit. Jika kalian juga ingin menyempatkan diri mengunjungi Akita saya sangat menyarankan untuk mengambil flight dengan keberangkatan yang lebih pagi untuk sampai di akita sehingga kalian dapat mengunjungi beberapa tempat sekaligus.

Karena waktu yang cukup terbatas kami mumutuskan untuk pertama mengunjungi museum terdekat dari hotel yang paling jalan hanya beberapa langkah yaitu Akita Museum of Art, di museum ini menyediakan beberapa karya seni dari beberapa artist. dilantai pertama biasanya kalian bisa melihat beberapa karya yang bisa berubah-ubah tergantung event yang ada di museum tersebut, waktu kunjungan saya kesana saya langsung naik menuju museum yang berada di lantai dua, karena waktu masuk dari pintu utama kami langsung disambut tangga untuk menuju ke lantai dua. Tangganya pun bentuknya cukup unik dan dapat dijadikan spot foto. Sesampainya kalian di lantai dua kalian bisa langsung melihat cafe dan museum shopnya, yang tempatnya keren banget dijadikan tempat kongkow, pemandangannya sangat indah apalagi ada kolam di pinggir cafenya yang tenang dan menampilkan pantulan seperti kaca. Tanpa lama akhirnya saya memutuskan untuk masuk museumnya dengan biaya sebesar ¥310 (tiga ratus sepuluh Yen), Museum dilantai dua ini memang merupakan exhibition untuk karya dari pelukis ternama Tsuguharu Foujita dan lukisan yang sangat keren disana adalah "event of akita", ukuran karyanya sangat besar dan ramai yang memang sangat memancing kalian untuk terus melihat lukisan tersebut. dilantai dua tersebut cukup sedikit koleksinya, untuk koleksi lebih banyak kalian bisa lanjutkan ke museum di lantai tiga yang merupakan beberapa koleksi yang beberapa diantaranya histori karya dari Tsuguharu Foujita.


Untuk review dari museum ini, saya tidak menyarankan bagi kalian yang tidak terlalu suka melihat lukisan-lukisan atau beberapa karya seni lainnya, saya rasa cukup datang ke museum menikmati museum gratisnya jika ingin dan menikmati suasana di cafenya yang keren. Untuk penjelasannya masih rata-rata menggunakan bahasa Jepang dan cukup sedikit informasi dengan bahasa inggris sehingga cukup sulit mengetahui nilai-nilai sejarah dari karyanya, saya sendiri hanya berpedoman pada satu lembar dua halaman penjelasan bahasa inggris garis besar perjalanan dibuatnya Akita Mueseum of Art dan perjalanan kehidupan karir Tsuguharu Foujita sebagai pelukis.

Setelah lebih kurang dua puluh menit selesai dari menikmati museum ini, saya lanjut menikmati beberapa sajian di cafenya sambil menikmati pemandangan di cafenya dan dengan itu saya memutuskan tidak melanjutkan perjalanan saya menuju museum lainnya pada hari itu. Maka dari itu saya akan memberikan beberapa honorable mention untuk museum yang saya ingin datangi, pertama ada Akarenga (Red Brick) Folk Museum dan Folklore and Performing Art Center (Neburinagashi Center)/ Akita City Mizoku Geinou Densho-kan. Yang ingin saya datangi sebenarnya Akita City Mizoku Geinou Densho-kan, karena Akita memang terkenal dengan sama festival laternnya yang biasa diadakan bulan Agustus, karena kedatangan saya di akhir bulan Juni jadi untuk dapat merasakan sedikit aura festival tersebut sepertinya sangat menarik untuk mengunjungi museum yang membahas tentang festival lantern tersebut. 

Setelah santai sebentar di Akita Museum of Art cafe, kami melanjutkan perjalanan menuju Senshu Park karena lokasinya yang sangat dekat dengan museum dan hotel kami, sejujurnya waktu masuk daerah sini tuh auranya enak gitu, saya beneran enjoy masuk ke Senshu Park ini, menikmati taman yang suasananya nyaman, Meskipun ya kalau kalian lihat hanya taman/hutan kecil ditengah kota. Di depan kalian akan disambut sama kolam depan yang biasa dibilang Otemon Gate Moat, yang penuh dengan tanaman lotus, waktu kedatangan saya disana sayang bunga lotusnya belum bermekaran, tapi banyak daun baru yang tumbuh yang membuat pemandangan indah dengan warna hijau yang cerah, didekat situ juga ada Pillar Box, tempat untuk mengirim surat entah mengapa di walking guide kota Akita yang saya ambil di Akita Museum of Art ada gambar kotak surat lama ini, kotak surat ini dapat kalian jadikan tempat spot foto karena warnanya yang merah beda suasana dengan latar belakangnya yaitu kolam lotus dan sekolahan. perjalanan kami lanjutkan dengan jalan menanjak yang landai, lalu sampailah kita di sebuah lapangan yang cukup besar atau yang biasa disebut Ninomaru Square, posisi dekat situ terdapat The Satake Historical Material Museum, yang tentu saja sudah tutup pada waktu kesana, jika kalian ingin masuk kedalam sana katanya isinya tentang sejarah penguasa Akita, museum kecil yang barangnya berisi berbagai baju perang dapat kalian kunjungi dengan membayar ¥100 (seratus Yen). Lalu dari taman tersebut kalian pasti akan melihat tangga yang cukup besar, saya melanjutkan perjalanan naik ke tangga tersebut untuk melihat Main Front Gate dari Kubota Castle, kalau mau foto gerbang ini dari depan memang cenderung susah karena posisinya yang dekat dan banyak ranting pohon yang menutupi gerbang ini, jadi saya cuma foto gate tersebut dari belakang yang tidak terhalangi apapun, lanjut menyelusuri Senshu Park setelah melewati Front Gate mata saya menuju kepada Hachiman Akita Shrine, anehnya kuil ini adalah Kuil Shinto pertama yang saya kunjungi di Jepang, karena tadinya mau ke Hokkaido Shrine tapi tidak jadi karena hujan.





Waktu masuk ke Hachiman Akita Shrine hampir sama seperti Shrine pada umumnya, ada tempat kalian beli gantungan untuk wish dan jimat, yang tidak saya kunjungi karena sudah tutup, tapi akhirnya saya mencoba untuk pertama kali berdoa di kuil, dengan berbekal search caranya digugel saya kemudian memprakterkannya, oh iya saat berdoa dikuil kalau bisa melempar koin saat berdoa dan saya melakukan hal itu, di website yang saya lihat katanya orang jepang mempercayai mitos bahwa apabila kita memberikan koin lima Yen maka dapat mendapat jodoh, sekalipun tidak percaya dengann mitos tersebut tapi sepertinya lucu juga kalau dicoba untuk memberi koin lima Yen tersebut. Setelah berdoa di bagian kiri dari tempat kita berdoa ada meja, diatas meja tersebut ada tiga kotak yang masing-masing berisi (omikuji) kertas ramalan keberuntungan, jika kalian ingin mengambil ramalan dapat juga mengambil peruntungan di kuil ini dengan membayar ¥100 (seratus Yen), kebetulan entah mengapa saya cukup tertarik dengan satu kotak kertas ramalan tersebut karena bentuknya yang berbentuk burung merpati. saya mengambil ini awalnya hanya untuk dijadikan memento kunjungan saya ke Akita meskipun jujur saat mengambil ini saya cuma bilang dalam hati semoga hasilnya baik dan hasilnya ternyata sangat baik.

Omikuji ini ternyata terdapat beberapa klasifikasi yaitu :

dai-kichi (ๅคงๅ‰) - berkah besar

chuu-kichi (ไธญๅ‰) - berkah cukup besar

sho-kichi (ๅฐๅ‰) - berkah kecil

kichi (ๅ‰) - berkah

sue-kichi (ๆœซๅ‰) - berkah yang akan datang

kyo (ๅ‡ถ) - kutukan

dai-kyo (ๅคงๅ‡ถ) - kutukan besar

Untuk Hato (Dove) Omikuji (Fortune Paper) yang saya ambil tulisannya full jepang, saya sendiri masih tidak mengerti artinya tetapi yang saya tau hanya klasifikasi dari tulisan klasifikasi, dimana saya mendapatkan ๅคงๅ‰atau berkah besar yang artinya baik, biarkan ramalan yang lainnya menjadi misteri.



lanjut dari Hachiman Akita Shrine disebelah kanan kalian bisa melihat sedikit Tori / Gerbang warna merah yang tersnyata disitu letak dari Yojiro Inari Shrine, yang memang dapat kalian lihat di sela-sela tori terdapat patung hewan rubah. Jadilah kami berfoto ria di gate ini, yang ternyata shrine ini setelah search punya kisah unik tentang rubah yang diberi nama Yojiro penjaga kebun teh.




Setelah menikmati sedikit tori dan patung rubah, saya melanjutkan perjalanan menuju Kobuta Castle yang memang menjadi main attraction dari Senshu Park, kedatangan saya kali ini tentu yang bisa kalian tebak saya tidak bisa masuk ke Kobuta Castle ini, jika kalian ingin masuk ke Kobuta Castle cukup dengan menyiapkan biaya sebesar ¥100 (seratus Yen), biasa museum pasti isinya menganai tentang sejarah Akita dengan nilai plusnya dilantai paling atas kalian dapat melihat view akita dari atas Kobuta Castle ini.


Setelah melihat keindahan Kobuta Castle hanya dari bawah kami lanjutkan perjalanan kami di Senshu Park, perjalanan ini kami hanya tinggal menyelusuri kemana jalan di park ini membawa, sampailah kami di sebuah restaurant perancis Senshuitei di Senshu Park, secara tempatnya memang bagus tapi mengingat dari review harganya cukup mahal dan tidak termasuk suatu restaurant yang ingin kami kunjungi akhirnya kami cukup menikmatinya dari pagar, melanjutkan perjalanan kami di Senshu Park dekat restaurant Senshuitei tersebut ada sebuah kuil dengan nama Iyataka Shrine.

Iyataka Shrine sendiri salah satu kuil Shinto yang ada di Senshu Park, sekilas dilihat bangunannya tampak lebih besar dan pohonnya lebih rimbun dibandingkan Hachiman Akita Shrine, Iyataka sendiri saat kami berkunjung cukup banyak pernak-pernik di gerbangnya, waktu kedatangan kami ada diberi sebuah lingkaran yang terbuat dari rumput yang tidak saya ketahui artinya tapi mungkin itu hanya tanda kalau kuil tersebut sudah tutup, sehingga kami memutuskan hanya berfoto didepan torinya tidak sampai masuk kedalam.


Setelah foto-foto sebentar kami melanjutkan perjalanan kami menuju Kogetsu Pond, didalam kolam ini kami memutuskan untuk duduk-duduk menikmati pemandangan ini, di Kolam tersebut ada air mancur dan juga beberapa tanaman lotus yang ternyata merupakan lotus yang sudah hidup lama dengan nama Oga Lotus, saat saya beristirahat disini terjadi kejadian yang cukup menarik perhatian saya, waktu saya duduk dipinggir kolam, tiba-tiba ada ikan koi yang loncat di Kogetsu Pond tersebut, loncatnya hanya sekali dan tentu hanya dapat diabadikan dengan mata saya, setelah pindah spot tempat duduk didekat restaurant ramen, hal itu terjadi lagi, anehnya ikan koinya loncat berkali-kali berjalan lurus, saya sih menganggap kejadian ini menjadi sebuah moment tersendiri yang cukup diingat, anggap saja menjadi pertanda bahwa kedatangan saya di Senshu Park disambut baik.



Seperti yang tadi sudah saya singgung sedikit diatas, didekat  Kogetsu Pond ada restaurant ramen disitu, saat kedatangan kami sepertinya sudah tutup karena tidak ada seorangpun disana, nama restaurantnya KoiChaya, tentu tau nama hasil dari internet. FYI Kalian tau khan kalau di post awal saya punya foto botol alumunium coca cola yang punya ciri khas masing-masing, biasa harganya sekitar ¥130 (seratus tiga puluh Yen), didepan ramen restaurant ini ada vending machine yang menjual botol alumunium coca cola corak khusus Akita dengan harga yang lebih murah yaitu seharga ¥110 (seratus sepuluh Yen), ini waktu Akhir Juni 2019 ya, kurang tau kalau ada perubahan harga.

Setelah beberpa waktu menikmati kolam dan mengunjungi kamar kecil perjalanan kami lanjutkan menuju gereja katolik yang berada di dekat Senshu Park, kedatangan kami kesana sebenarnya ingin melihat dan berharap ada misa selain yang sudah diinformasikan di webnya. Nama gerejanya ใ‚ซใƒˆใƒชใƒƒใ‚ฏ็ง‹็”ฐๆ•™ไผš atau biasa disebut Catholic Akita Church, sesampainya disana karena tidak ada kegiatan kami hanya menyempatkan diri berdiri di depan Gua Maria kecil yang posisinya dekat pintu masuk ke Kapel.


Waktu berdoapun selesai dan kami memutuskan untuk lanjut pulang karena hujan ringan datang, biasanya hujan seperti ini ringan tapi lama, tapi saat perjalanan pulang kami ternyata didepan Akita Museum of Art banyak orang kerumunan dan kalian bisa lihat dari jauh bahwa latern yang biasa digunakan untuk festival, ternyata ada beberapa warga lokal (warlok) Akita yang sedang latihan untuk menyambut latern festival, setelah sebelumnya saya memutuskan untuk tidak mengunjungi Akita City Mizoku Geinou Densho-kan yang membahas mengenai festival latern ternyata keberuntungan membawa saya melihat suasana seperti lantern festival, dimana para warlok mulai dari yang kecil hingga dewasa berusaha membawa sebuah tiang bambu yang digantungi beberapa lentera dengan menyeimbangkan di atas kepala atau pundak. tidak lupa juga latihannya diiringi oleh penabuh taiko/drum jepang dan seruling. Serulah melihat ini sambil ditemani hujan ringan yang terus menerpa kami, sampai akhirnya kami memutuskan untuk masuk hotel menunggu hujan reda, meninggalkan warlok yang masi semangat latihan.






Setelah menunggu sebentar, kami memutuskan untuk mencari makan malam, biar gampang kami berpikiran untuk mencari makan didaerah Akita Station, lumayan banyak juga pilihan restaurant di jalan menuju Akita Station sampai akhirnya kami memilih satu tempat makan ramen dengan nama ใ™ใฟใŸใซ (Sumitani) yang namanya tentu saat berkunjung tidak saya ketahui, dari gambar menunya sepertinya yang terkenal disini adalah ramen pedasnya, waktu mau memesan ternyata koki yang masak menunjuk vending ticket untuk memesan, di menunya memang terdapat gambar sehingga gampang kalau maunya apa, lalu tinggal ditranslate bahasa jepangnya dengan G-translate untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai menu yang dipilih, berbekal huruf hiragana dan katakana dalam menu yang sudah saya foto dan ingat, ternyata sampai di vending ticketnya semua berbahasa jepang, jadi untuk memesan saya hanya dengan mencocokan huruf hiragana dan katakana dalam menu dengan di tombol sehingga pemesanan dapat dilakukan dengan lancar. Waktu direstaurant ini kebetulan saya memesan Kara Noodles dengan tingkat kepedasan yang biasa saja (kalau tidak salah yang x5), bukan karena takut pedas hanya saja semakin pedas semakin mahal harganya jadi saya hanya memilih harga yang menurut saya cukup karena saya juga kurang tahu reputasi dari restaurant ini. 



Restaurant ini menurut saya agak semi remang mungkin karena dindingnya yang di cat berwarna hitam, yang mungkin sering didatangi sambil menemani minum, tapi berhubung kedatangan kami disana masi sekitar jam 19.35 JST jadi tidak ramai sama sekali meskipun hari itu adalah jumat malam, mungkin kalau lebih malam lagi akan lebih banyak karena memang tempatnya enak dibuat sambil minum minuman beralkohol. Untuk rasa ramennya sendiri cukup enak, mungkin agak sedikit mirip apabila kita memesan mie kuah di mie tek-tek langganan kalian, yang bedanya tentu tidak pakai kecap manis. untuk pedesnya ya biasa saja, maklum cuma level 5. Untuk datang lagi kesini sih menurut saya masi lumayan, saya juga kurang ada refrensi untuk ramen lain di Akita.

Setelah makan malam akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan istirahat kami agar dapat mempersiapkan perjalanan kami untuk keesok harinya.

                                                                             ใคใฅใ