Friday, November 27, 2020
[TRAVELRY] Trip to Japan Part 7
Saturday, October 10, 2020
[TRAVELRY] Japan Trip Part 6
Sambil menghirup angin pagi, perjalanan saya di Akita berlanjut, untuk dihari yang baru ini grup kami kebetulan mempunyai satu tempat tujuan yang memang sudah disepakati dari sebelum kami pergi ke Jepang yaitu Seitai Hoshikai / Our Lady of Akita, yang merupakan salah satu gereja Katolik di Akita yang mempunyai kebun yang cukup luas. Ada cerita kalau digereja di Akita tersebut ada patung Bunda Maria yang mengalami sebuah fenomena yaitu patung tersebut menangis/mengeluarkan air mata, untuk kebenarannya saya juga kurang tahu karena pada dasarnya kunjungan kami ke Seitai Hoshikai bisa dibilang untuk berdoa dan menikmati pemandangan disekitarnya.
Perjalanan kami menuju Seitai Hoshikai sendiri kami tempuh dengan menggunakan bus, karena memang untuk transportasi publik selain taksi yang dapat kami gunakan adalah bus, berdasarkan informasi dari G-maps jadwal bus yang akan membawa kami terdapat pada jam 09.06 JST, oleh karena itu meskipun kami sudah berkumpul mulai dari jam 08.15 JST kami masih saja menyempatkan terlebih dahulu menikmati kembali suasana Senshu Park. Untuk halte atau tempat pemberhentian terdekat dari Senshu Park adalah Senshu-Kobata-Machi, maka setelah berfoto-foto ria di Senshu Park kami melanjutkan perjalanan ke tempat pemberhentian tersebut. Tempat pemberhentian busnya sendiri ternyata hanya trotoar pinggir jalan dengan plang tempat pemberhentian tersebut. Posisinya cukup menarik karena didekat situ terdapat kolam kecil yang banyak sekali ikan dan terlihat juga kura-kura. Oh iya dikolam ini kejadian lagi ikan loncat meski hanya sekali, sepertinya memang kalau kami ke Senshu Park kami bakal sering lihat ikan loncat, tapi terlepas dari ikan yang bisa melompat yang bikin kerennya adalah bagaimana ikan-ikan tersebut bisa hidup, kolamnya juga bisa dibilang tidak ada sampah sama sekali, coba kalau kita pikir ikan-ikan tersebut gimana tetap hidup di kolam umum tersebut, pasti cukup banyak warlok yang memberi makanan kepada ikan-ikan tersebut, seperti yang pernah saya lihat ada kakek/nenek yang membagi makanannya dengan ikan-ikan tersebut. Sehingga yang dapat kita pelajari adalah bahwa kita memang harus hidup berkesinambungan dengan alam.
Lebih kurang jam 09.06 JST, bus nomor 361 Akita Hot Spring Line akhirnya datang dan kami langsung masuk ke bus tersebut, seperti yang sudah diketahui untuk bus kita masuk dari tengah dan mengambil tiket di pintu masuk tersebut, kebetulan di bus ini tidak bisa pakai IC Card. Perjalanan dengan bus kami tempuh selama lebih kurang tiga puluh lima menit dengan biaya sebesar ¥430 (empat ratus tiga puluh Yen), kamipun berhenti di tempat pemberhentian Yomogida Kamichou yang memang saat kalian melihat tempat pemberhentian tersebut kalian pasti dapat langsung melihat papan penunjuk untuk menuju Seitai Hoshikai.
Setelah turun di tempat pemberhentian dimulailah jalan kaki menuju tempat tujuan, selama perjalanan kita cukup mengikuti jalan yang tersedia dan disetiap pertigaan pasti ada papan petunjuk sehingga kita pasti tidak akan nyasar. Info dari G-maps jaraknya kurang lebih 1,30 Km (satu koma tiga puluh kilometer) dan jalannya agak menanjak di bagian awal, setidaknya lebih baik jalan menanjak pas datang daripada setelah pulang. Karena memang kedatangan kami pada musim-musim perubahan dari musim semi ke musim panas mengakibatkan cuacanya berawan jadi pada saat perjalanan tidak terlalu panas.
Waktu sudah sampai daerah Seitai Hoshikai kalian akan melewati sebuah kebun yang memang menjadi bagian dari Seitai Hoshikai, jujur kami sudah masuk ke kebun ini sebelum sampai ke pintu gerbangnya, karena saat dikebunnya memang tidak ada pagarnya sehingga kami lebih memilih masuk dan melewati jalan di kebun itu. kebunnya lumayan banyak pohon berjarak, ada juga beberapa semak dipinggir jalan, entah mengapa kalau kalian melihat photo dari kebun ini rasanya suasananya enak kalau lagi fall, oh iya jalan yang kami masuk tersebut ternyata adalah jalur jalan salib.
Setelah melewati kebun akhirnya kami sampai di kapel tempat kalian dapat berdoa, langsung saja kami masuk kedalam kapel untuk melihat-lihat, untuk bentuk kapelnya si seperti kuil di Jepang, bagian dalamnya juga sangat kerasa feel Jepangnya mungkin bisa saya bilang mirip ryokan (penginapan berarsitektur Jepang), saat masuk kesini layaknya sebuah Ryokan, kita diminta melepas sepatu dan memakai sandal khusus buat dalam ruangan. Suasananya banyak memakai aksen kayu dari lantai maupun pembatas ruangan. Saat kami masuk ternyata akan dimulai misa di hari itu, sebuah kejutan bagi kami karena kalau di website terjadwal misa hari sabtu malam. Misa tersebut ternyata terselenggara karena lagi kedatangan seorang pastor dari Jerman, sebuah pengalaman menarik saya untuk dapat mengikuti misa di Jepang, selain baru pertama kali saya mengikuti misa selama ke Jepang, bahasa yang digunakan juga cukup unik, karena pastor pemimpin misa adalah pastor dari Jerman maka dalam misa ini digunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jerman dan Jepang, dimana pastor akan berbicara dengan bahasa Jerman dan kemudian ditranslate dengan bahasa Jepang oleh penerjemah yang juga mengikuti misa tersebut. Selama misa bantuan untuk mengikuti hanya ada buku misa yang berisi bahasa Jepang yang tulisannya sudah di Romajikan, sehingga sedikit-sedikit kita bisa mengucapkan doa/balasan dengan bahasa Jepang, tapi kalau tidak mau ribet tinggal jawab saja dalam hati dengan bahasa Indonesia, karena inti doanya sama.
Sesampainya di tempat pemberhentian untungnya bus belom datang, tau sendiri khan Jepang terkenal dengan ketepatan waktunya, meski ya bisa selisih 3-5 menit sih, kejadian selisih waktu tersebut terjadi pada saat naik bus kepergian kami. Bus Akita Hot Spring Line kembali kami naiki dengan tujuan Akita Station dengan biaya yang sama saat pergi, setelah perjalanan kami lalui selama lebih kurang 20 menit akhirnya sampai juga kami di Akita Station dan terjadilah kejadian yang ternyata bisa memancing tetua warlok disini, yaitu karena yang keluar dari bus cukup banyak ditambah rata-rata kami membayar dengan uang ¥500 (lima ratus Yen) sedangkan biaya busnya ¥430 (empat ratus tiga puluh Yen) yang jadinya perlu waktu lagi untuk pengurusan. Saya sendiri baru pertama kali bayar cash untuk naik bus karena pada saat di Hokkaido saya tinggal tap membayar dengan menggunakan IC Card, jadi saya juga kurang tau bagaimana proses pembayaran dengan uang yang tidak pas.
Jadi pada saat membayar apabila uang kamu sebesar ¥500 terlebih dahulu kamu harus menukarkan uang kamu ke pecahan yang lebih kecil, jadi didekat supir busnya ada alat untuk menukar uang, setelah dimasukkan kalian ambil pecahan uang dari uang yang kami masukin dan membayar koin sesuai tarif ke tempat untuk membayar beserta dengan tiket bus yang sudah kamu ambil. Gampang bukan? tapi sayang waktu kejadian itu saya tidak mengerti sama sekali, waktu memasukan uang ke mesin penukar uang lebih kecil saya kira pembayaran sudah dilakukan dan uang yang keluar saya kira uang kembalian dan saya sudah langsung mau pergi, tapi sopir busnya sadar saya bingung jadi dipanggil lagi, setelah itu saya melakukan usaha terakhir tinggal membuka tangan saya yang ada koinnya, biar sopirnya yang mengambil uang yang harus saya bayarkan dan memasukkannya ketempat yang dituju, kalau digambar diatas tempatnya yang ada kotak warna bening, disana dimasukkan koin beserta juga dengan tiketnya. Setelah selesai dan keluar dari bus baru saya sadar prosesnya.
Lanjut sesampainya di Akita station kami langsung mencari makan siang di Akita station, yang letaknya di lantai paling atas (Topiko 3F), kalau mengikuti nafsu saya sebenernya penasaran dengan restaurant bernama Akita Hinai Jidoriya yang menu adalannya adalah okayodon, tapi pas sampai antriannya lama, karena yang lain sudah lapar akhirnya kita memilih tempat yang lain, disini entah mengapa ada pembelajaran lagi bagi saya yang baru pertama kali ke Jepang, jadi ceritanya karena tidak memilih Akita Hinai Jidoriya kami memilih salah satu restaurant disana, didepan restaurantnya banyak sekali sample makanan yang membuat kami ingin makan di tempat tersebut, terlebih antriannya yang tidak lama, setelah lebih kurang sepuluh menit menunggu akhirnya giliran nama kami dipanggil, saat masuk ternyata apa yang kami pesan tidak dijual, disana saya juga baru sadar ternyata waktu kedatangan kami saat makan siang berdampak pada menu yang dijual, jadi lunch menu yang tersedia ditempat tersebut hanyalah ramen sedangkan beberapa dari kami sudah tidak mau makan ramen yang menyebabkan akhirnya kami tidak jadi makan ditempat tersebut. ya pengalaman baru saya yang baru pertama kali ke Jepang, bahwa ada beberapa restaurant yang menggunakan sistem tersebut.
Makan siang akhirnya kami lakukan direstaurant lain yaitu Pablo Picasso sebuah restaurant italy tapi meski begitu saya pesannya jatuh lagi ke Chicken katsu, saya sendiri sejujurnya tidak terlalu ingat makan disini jadi foto disini juga kurang ada.
Setelah selesai makan kami sebentar puter-puter toko-toko yang terdapat di Akita Station tepatnya gedung Topico, melihat toko dan jajanan yang disediakan, karena itu kamipun berencana untuk membeli snack dan makanan untuk makan malam di hotel. Meskipun akhirnya pilihan tetap jatuh untuk beli makanan dan snack di Seven Eleven. Karena tidak terlalu ada ide mau kemana lagi akhirnya saya memutuskan untuk kembali mengunjungi Senshu Park, entah mengapa jujur saya cukup betah bolak-balik disini, sayangnya ditengah perjalanan kami ternyata hujan turun sehingga kami memutuskan untuk kembali ke hotel.
Sesampainya di hotel, saya memutuskan untuk menggunakan fasilitas hotel yang cukup berbeda yaitu onsen/hot spring, kebetulan hotel di Akita yang kami pesan Dormy Inn memang cukup berbeda, akhirnya malam harinya setelah makan saya menuju ke hot spring yang ada di lantai 10 kalau tidak salah.
Pengalaman pertama kali telanjang badan di Akita, untungnya waktu itu suasananya sepi hanya ada saya dan om saya, setelah melepas baju, saya masuk ke ruangan onsen untuk terlebih dahulu membersihkan badan lalu saya langsung masuk ke kolam indoor, untuk airnya si tidak panas sekali, ya hanya hangat. Tapi saya sebenarnya lebih penasaran untuk langsung menuju kolam yang outdoor, jadi saya langsung keluar bugil ke kolam tersebut, ya setidaknya jadi ada pengalaman baru di Jepang, saya sangat menikmati berendam di air hangat ini, saya duduk di pancuran airnya, hal tersebut dapat saya lakukan karena memang airnya hangat terlebih ditambah air hujan yang terus turun. Setelah puas berendam di Outdoor saya kembali lagi ke kolam panas di Indoor dan saya tiba-tiba penasaran sama kolam air dinginnya, karena itu saya mencoba untuk masuk ke kolam air dingin, waktu disana airnya sangat dingin dan sepertinya ada wangi tertentu di airnya, saya sendiri kurang tahu wangi apa, tapi anehnya mungkin karena kelamaan di air dingin saya jadi agak lemas jadi saya masuk sebentar ke kolam air hangat lagi dan memutuskan untuk keluar dari kolam tersebut ke tempat ganti baju.
Malam itu menjadi malam terakhir saya di Akita dan esok hari kami harus sudah melanjutkan perjalanan menuju central Japan, Nagoya. Kebetulan pesawat kami lebih pagi dibanding saat kepergian kami dari Hokkaido dan karena hal itu kami harus sudah mempersiapkan diri di Akita Station untuk kembali naik bus menuju Akita Airport.
Hari telah berganti dan akhirnya setelah mengemas barang dan check out kami melanjutkan perjalanan kami menuju bus station di Akita Station, bagi kalian yang ingin menuju Airport kalian bisa mencari halte nomor 1 yang bertuliskan Airport Limousine, di hatle nomor 1 itu juga terdapat jadwal bus yang bisa kamu ikuti karena disetiap jam keberangkatan terdaftar juga jadwal penerbangan yang ada di Akita Airport. jadwal tersebut bisa menjadi acuan bus terakhir yang dapat kalian naiki, karena tidak ada salahnya juga untuk datang lebih awal, di jadwal yang tersedia dikasi jeda waktu lebih kurang satu jam untuk melakukan check in. Dari jadwal tersebut dapat kita ketahui bahwa tujuan dari Akita Airport itu sendiri ternyata hanya terbatas beberapa kota, yaitu Tokyo, Osaka, Nagoyachuubu dan Sapporo.
Kami sendiri merencanakan kepergian kami dari halte Akita West Side menggunakan bus dengan jam keberangakatan 06.50 JST meskipun jadwal penerbangan saya menuju destinasi selanjutnya pukul 09.40 JST, sambil menunggu kami menikmati berbagai pemandangan sepi di hatle tersebut, di setiap haltenya ada anyaman-anyaman dalam berbagai bentuk seperti di gambar, saya yang penasaran ada gambar apa saja dan dengan isengnya pergi ke halte yang lain, waktu saya pisah dari rombongan itu ada seorang bibi yang dengan pedenya tanya dengan bahasa Jepang, tentu saya jawab dengan ใใใใพใใyang artinya saya tidak tau, lucunya dia masi tanya, mungkin dengan saya jawab wakarimasen dikiranya saya bisa menjawab pertanyaannya, sedangkan menurut saya artinya saya tidak ngerti bibi ngommong apa.
Setelah cukup lama menunggu karena kami sudah keluar dari hotel pukul 06.00 JST akhirnya bus yang kami naiki datang dan mengantarkan kami ditujuan akhir kami di Akita yaitu Akita Airport. Setelah perjalanan lebih kurang empat puluh menit ini akhirnya kami sampai di Akita Airport, kalau sesuai jadwal kedatangan kami di Airport ini pada pukul 07.30 JST. Waktu masuk kami langsung menuju tempat untuk check-in dan bag drop karena bandaranya sendiri cukup kecil maka dengan mudah dapat kalian temukan tempat check in-nya, bener-bener tinggal masuk langsung ketemu. Setelah selesai urusan tersebut dan mendapat print tiket akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami menuju tempat boarding yang dapat kalian lakukan hanya dengan naik satu lantai ke lantai dua. Di lantai dua setelah kalian selesai naik ekskalator kalian langsung disambut dengan tempat belanja souvenir yang banyak menyediakan merchandise lucu bergambar anjing akita tentunya, selain souvenir shop ini terdapat juga ruang tunggu sebelum benar-benar masuk kedalam boarding roomnya, karena jangka waktu yang cukup lama kami memutuskan untuk menunggu disana, sekalian bisa lihat sedikit-sedikit souvenir yang bisa dibeli untuk dijadikan omiyage. Waktu di tempat souvenir ada yang membeli japanese sweet yang namanya kinman dengan corak hello kitty yang memang sepertinya cukup terkenal di Akita, rasanya lumayan enak tapi mungkin lebih enak klo fresh from the oven, sedangkan keisengan saya disini adalah saya membeli buta mochi alias butter mochi, sejujurnya saya tau makanan ini eksis karena nonton variety show idol grup seventeen, yang dimana salah satu misinya mereka musti beli butter mochi tersebut. Pas di Akitanya sendiri sih saya tidak langsung makan butter mochinya, karena sudah makan kinman dan yang lain-lain saat menunggu. Selain beli butter mochi saya juga membeli memento yang cukup mahal yaitu Coin Medal, kenapa saya tertarik beli ini karena Coin Medal selain karena tiap daerah atau tempat punya coraknya sendiri, Coin Medalnya dapat dipakai ke kalung atau gantungan kunci yang tentu dijual terpisah disitu. harga untuk koinnya sendiri sekitar ¥400 (empat ratus Yen) atau ¥500 (lima ratus Yen) tergantung dari coraknya dan aksesoris gantungan kunci atau kalungnya masing-masing dengan harga ¥200 (dua ratus Yen).
Setelah cukup puas di souvenir shop kami masuk ke ruang boarding, waktu masuk keadaan disana cukup ramai, mungkin juga dikarenakan memang tempatnya yang juga tidak terlalu besar. Disini kami iseng lagi pergi ke tempat makan yang ada didalam boarding room, tempatnya cuma satu yang posisinya ada di pojok kiri dekat toilet dari pintu masuk ke ruang boarding. Tujuannya karena kami mau isi perut sebelum jalan, karena sebelumnya saya sudah makan snack jadi saya memutuskan untuk beli inari sushi, meskipun setelahnya saya bantuin juga habisin yang lain. Oh iya selain tempat makan disini juga jual beberapa pernak pernik akita dan saya memutuskan untuk membeli kaos kaki anjing akita untuk oleh-oleh.
Waktu yang telah ditunggu tiba, penerbangan kami dinyatakan siap untuk para penumpang masuk kedalam pesawat, untuk pesawatnya sendiri tipenya masih sama seperti dengan pesawat yang kami naiki dari Sapporo, yang ada baling-baling di sayapnya. Akhirnya pesawat kami lepas landas dan mengucapkan salam perpisahan kepada Akita Prefekture.
ใคใฅใ
Saturday, October 3, 2020
[TRAVELRY] Japan Trip Part 5
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Hokkaido prefectrure pukul 12.30 JST, akhirnya setalah satu jam mengudara sampailah saya beserta rombongan di Akita Prefecture, perjalanan kami tempuh menggunakan pesawat karena waktu tempuh yang lebih singkat jika dibandingkan dengan naik kereta. Untuk tipe pesawat yang kami gunakan Non-stop De Havilland DHC-8 atau yang lebih dikenal Dash 8, yang dimana merupakan pesawat kecil dengan kedua baling-baling disayap pesawat. Untuk bentuk pesawatnya bisa juga dilihat digambar-gambar berikut atau bisa di search pesawat Dash 8 di gugel.
Sesampainya kami di Akita Airport pukul 13.30 JST, kami langsung mencari bus yang dapat mengantar kami ke hotel tempat kami menginap atau ke arah Akita Station. Di Akita Airport itu sendiri bisa dibilang kecil dan jaraknya cukup jauh dari Akita Station. Biaya perjalanan kami sebesar ¥930 (sembilan ratus tiga puluh Yen) untuk sekali perjalanan per orang menggunakan limousine bus dengan tujuan Akita Station West Entrance, lama perjalanannya naik busnya lebih kurang empat puluh lima menit perjalanan. Untuk beli tiketnya langsung dari ticket machine yang ada di pintu keluar bandara. Sesampainya di Akita Station kami langsung menuju hotel kami yang memang lokasinya tidak jauh dari situ, lalu check-in di hotel yang kami tinggal untuk dua hari yaitu Dormy Inn Akita Natural Hot Spring.
Akhirnya setelah check-in sekitar pukul 15.30 JST kami baru dapat memulai untuk mengeksplore Akita. Sebelum berpergian ke Jepang sebenarnya saya berusaha mencari berbagai tempat yang dapat saya kunjungi di setengah hari ini, tapi karena waktu terpaksa saya harus mengeliminasi beberapa option yang sebenarnya bisa saja saya lakukan, tapi untuk apa kalau tidak menikmati keseluruhan koleksi dan histori dari destinasi yang saya kunjungi. Waktu tutup untuk museum di Akita rata-rata pada pukul 16.00 JST jadi saya hanya punya waktu empat puluh menit. Jika kalian juga ingin menyempatkan diri mengunjungi Akita saya sangat menyarankan untuk mengambil flight dengan keberangkatan yang lebih pagi untuk sampai di akita sehingga kalian dapat mengunjungi beberapa tempat sekaligus.
Karena waktu yang cukup terbatas kami mumutuskan untuk pertama mengunjungi museum terdekat dari hotel yang paling jalan hanya beberapa langkah yaitu Akita Museum of Art, di museum ini menyediakan beberapa karya seni dari beberapa artist. dilantai pertama biasanya kalian bisa melihat beberapa karya yang bisa berubah-ubah tergantung event yang ada di museum tersebut, waktu kunjungan saya kesana saya langsung naik menuju museum yang berada di lantai dua, karena waktu masuk dari pintu utama kami langsung disambut tangga untuk menuju ke lantai dua. Tangganya pun bentuknya cukup unik dan dapat dijadikan spot foto. Sesampainya kalian di lantai dua kalian bisa langsung melihat cafe dan museum shopnya, yang tempatnya keren banget dijadikan tempat kongkow, pemandangannya sangat indah apalagi ada kolam di pinggir cafenya yang tenang dan menampilkan pantulan seperti kaca. Tanpa lama akhirnya saya memutuskan untuk masuk museumnya dengan biaya sebesar ¥310 (tiga ratus sepuluh Yen), Museum dilantai dua ini memang merupakan exhibition untuk karya dari pelukis ternama Tsuguharu Foujita dan lukisan yang sangat keren disana adalah "event of akita", ukuran karyanya sangat besar dan ramai yang memang sangat memancing kalian untuk terus melihat lukisan tersebut. dilantai dua tersebut cukup sedikit koleksinya, untuk koleksi lebih banyak kalian bisa lanjutkan ke museum di lantai tiga yang merupakan beberapa koleksi yang beberapa diantaranya histori karya dari Tsuguharu Foujita.
Untuk review dari museum ini, saya tidak menyarankan bagi kalian yang tidak terlalu suka melihat lukisan-lukisan atau beberapa karya seni lainnya, saya rasa cukup datang ke museum menikmati museum gratisnya jika ingin dan menikmati suasana di cafenya yang keren. Untuk penjelasannya masih rata-rata menggunakan bahasa Jepang dan cukup sedikit informasi dengan bahasa inggris sehingga cukup sulit mengetahui nilai-nilai sejarah dari karyanya, saya sendiri hanya berpedoman pada satu lembar dua halaman penjelasan bahasa inggris garis besar perjalanan dibuatnya Akita Mueseum of Art dan perjalanan kehidupan karir Tsuguharu Foujita sebagai pelukis.
Setelah lebih kurang dua puluh menit selesai dari menikmati museum ini, saya lanjut menikmati beberapa sajian di cafenya sambil menikmati pemandangan di cafenya dan dengan itu saya memutuskan tidak melanjutkan perjalanan saya menuju museum lainnya pada hari itu. Maka dari itu saya akan memberikan beberapa honorable mention untuk museum yang saya ingin datangi, pertama ada Akarenga (Red Brick) Folk Museum dan Folklore and Performing Art Center (Neburinagashi Center)/ Akita City Mizoku Geinou Densho-kan. Yang ingin saya datangi sebenarnya Akita City Mizoku Geinou Densho-kan, karena Akita memang terkenal dengan sama festival laternnya yang biasa diadakan bulan Agustus, karena kedatangan saya di akhir bulan Juni jadi untuk dapat merasakan sedikit aura festival tersebut sepertinya sangat menarik untuk mengunjungi museum yang membahas tentang festival lantern tersebut.
Setelah santai sebentar di Akita Museum of Art cafe, kami melanjutkan perjalanan menuju Senshu Park karena lokasinya yang sangat dekat dengan museum dan hotel kami, sejujurnya waktu masuk daerah sini tuh auranya enak gitu, saya beneran enjoy masuk ke Senshu Park ini, menikmati taman yang suasananya nyaman, Meskipun ya kalau kalian lihat hanya taman/hutan kecil ditengah kota. Di depan kalian akan disambut sama kolam depan yang biasa dibilang Otemon Gate Moat, yang penuh dengan tanaman lotus, waktu kedatangan saya disana sayang bunga lotusnya belum bermekaran, tapi banyak daun baru yang tumbuh yang membuat pemandangan indah dengan warna hijau yang cerah, didekat situ juga ada Pillar Box, tempat untuk mengirim surat entah mengapa di walking guide kota Akita yang saya ambil di Akita Museum of Art ada gambar kotak surat lama ini, kotak surat ini dapat kalian jadikan tempat spot foto karena warnanya yang merah beda suasana dengan latar belakangnya yaitu kolam lotus dan sekolahan. perjalanan kami lanjutkan dengan jalan menanjak yang landai, lalu sampailah kita di sebuah lapangan yang cukup besar atau yang biasa disebut Ninomaru Square, posisi dekat situ terdapat The Satake Historical Material Museum, yang tentu saja sudah tutup pada waktu kesana, jika kalian ingin masuk kedalam sana katanya isinya tentang sejarah penguasa Akita, museum kecil yang barangnya berisi berbagai baju perang dapat kalian kunjungi dengan membayar ¥100 (seratus Yen). Lalu dari taman tersebut kalian pasti akan melihat tangga yang cukup besar, saya melanjutkan perjalanan naik ke tangga tersebut untuk melihat Main Front Gate dari Kubota Castle, kalau mau foto gerbang ini dari depan memang cenderung susah karena posisinya yang dekat dan banyak ranting pohon yang menutupi gerbang ini, jadi saya cuma foto gate tersebut dari belakang yang tidak terhalangi apapun, lanjut menyelusuri Senshu Park setelah melewati Front Gate mata saya menuju kepada Hachiman Akita Shrine, anehnya kuil ini adalah Kuil Shinto pertama yang saya kunjungi di Jepang, karena tadinya mau ke Hokkaido Shrine tapi tidak jadi karena hujan.
Waktu masuk ke Hachiman Akita Shrine hampir sama seperti Shrine pada umumnya, ada tempat kalian beli gantungan untuk wish dan jimat, yang tidak saya kunjungi karena sudah tutup, tapi akhirnya saya mencoba untuk pertama kali berdoa di kuil, dengan berbekal search caranya digugel saya kemudian memprakterkannya, oh iya saat berdoa dikuil kalau bisa melempar koin saat berdoa dan saya melakukan hal itu, di website yang saya lihat katanya orang jepang mempercayai mitos bahwa apabila kita memberikan koin lima Yen maka dapat mendapat jodoh, sekalipun tidak percaya dengann mitos tersebut tapi sepertinya lucu juga kalau dicoba untuk memberi koin lima Yen tersebut. Setelah berdoa di bagian kiri dari tempat kita berdoa ada meja, diatas meja tersebut ada tiga kotak yang masing-masing berisi (omikuji) kertas ramalan keberuntungan, jika kalian ingin mengambil ramalan dapat juga mengambil peruntungan di kuil ini dengan membayar ¥100 (seratus Yen), kebetulan entah mengapa saya cukup tertarik dengan satu kotak kertas ramalan tersebut karena bentuknya yang berbentuk burung merpati. saya mengambil ini awalnya hanya untuk dijadikan memento kunjungan saya ke Akita meskipun jujur saat mengambil ini saya cuma bilang dalam hati semoga hasilnya baik dan hasilnya ternyata sangat baik.
Omikuji ini ternyata terdapat beberapa klasifikasi yaitu :
dai-kichi (ๅคงๅ) - berkah besar
chuu-kichi (ไธญๅ) -
berkah cukup besar
sho-kichi (ๅฐๅ) - berkah kecil
kichi (ๅ) - berkah
sue-kichi (ๆซๅ) - berkah yang akan datang
kyo (ๅถ) - kutukan
dai-kyo (ๅคงๅถ) - kutukan besar
Untuk Hato (Dove) Omikuji (Fortune Paper) yang saya ambil tulisannya full jepang, saya sendiri masih tidak mengerti artinya tetapi yang saya tau hanya klasifikasi dari tulisan klasifikasi, dimana saya mendapatkan ๅคงๅatau berkah besar yang artinya baik, biarkan ramalan yang lainnya menjadi misteri.
lanjut dari Hachiman Akita Shrine disebelah kanan kalian bisa melihat sedikit Tori / Gerbang warna merah yang tersnyata disitu letak dari Yojiro Inari Shrine, yang memang dapat kalian lihat di sela-sela tori terdapat patung hewan rubah. Jadilah kami berfoto ria di gate ini, yang ternyata shrine ini setelah search punya kisah unik tentang rubah yang diberi nama Yojiro penjaga kebun teh.
Setelah menikmati sedikit tori dan patung rubah, saya melanjutkan perjalanan menuju Kobuta Castle yang memang menjadi main attraction dari Senshu Park, kedatangan saya kali ini tentu yang bisa kalian tebak saya tidak bisa masuk ke Kobuta Castle ini, jika kalian ingin masuk ke Kobuta Castle cukup dengan menyiapkan biaya sebesar ¥100 (seratus Yen), biasa museum pasti isinya menganai tentang sejarah Akita dengan nilai plusnya dilantai paling atas kalian dapat melihat view akita dari atas Kobuta Castle ini.




